Literasi, Topik Hangat Tahun Ini.

Satu kata yang sedang dibicarakan para ahli pendidikan, hal yang sebenarnya sangat lumrah dan wajib dilaksanakan oleh semua orang yang terpelajar. Secara umum literasi telah dikenal dan di gaungkan kembali oleh para pejabat kita.

Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat."

Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. 

Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman. Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata - khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis - yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.

Kenapa literasi jadi perbincangan hangat, ternyata banyak sekali penyebabnya, diantaranya :
data UNESCO tahun 2012 menunjukkan bahwa indeks tingkat membaca orang Indonesia hanyalah 0,001. Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius. Dengan rasio ini, berarti di antara 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250.000 yang punya minat baca. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 88,1 juta pada 2014. 
 
Dalam hal ini, jangan bandingkan Indonesia dengan negara-negara maju, seperti Amerika, Australia, maupun Inggris. Di antara negara-negara ASEAN saja, Indonesia menempati urutan ketiga terbawah bersama Kamboja dan Laos. Bagaimana tidak, penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun.
           
Pemeringkatan terbaru, menurut data World's Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, peringkat literasi kita berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti! Indonesia hanya lebih baik dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. Fakta ini didasarkan pada studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek. Antara lain, mencakup lima kategori, yaitu, perpustakaan, koran, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer. 
 
Fakta tersebut didukung juga oleh survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia, yang terakhir kali dilakukan pada tahun 2012. Dikatakan, hanya 17,66% anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91,67%.

Kaget? Kita lihat saja di sekeliling kita, orang lebih suka melihat hp dan menonton hal yang lebih menarik, kadang games atau sosial media lebih membuat mereka nyaman, pernahkah anda tanya ke diri anda sendiri berapa buku yang bisa kita selesaikan dalam seminggu, Sebulan atau setahun? Jarang sekali yang bisa menjawab lebih dari sepuluh buku, itupun buku yang masih dianggap menarik seperti novel karena dibuat ke layar lebar atau bioskop, jadi kapan kita akan mulai literasi kalau bukan dari diri sendiri?

Pemerintah kita pun sudah mengeluarkan peraturan tentang literasi yaitu :
Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. 

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.
Guru memiliki peran penting dalam memotivasi peserta didik untuk belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehensif serta progresif agar guru bisa memotivasi rasa ingin tahu peserta didik dan memicu mereka untuk berpikir kritis. 

Dalam pengembangan pembelajaran ini, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar yang ada secermat mungkin. Guru harus mendorong peserta didik untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan berdaya cipta.

Sepertinya tahun 2017 ini merupakan awal kebangkitan literasi kita agar dapat meraih kembali masyarakat yang berwawasan dan berintelektual tinggi, semoga litesia akan terus berkembang sejalan dengan keinginan kita semua agar Indonesia gemar membaca, karena dengan membaca maka kau agan dapat gapai dunia dengan ilmu pengetahuan.

#Aki, 080717

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP