Literasi Indonesia Bangkit Dari Mati Suri

Indonesia,  negara kita yang pernah menjadi negara terpelajar dan  menjadi rujukan dari negara-negara tetangga,  pengetahuan dan teknologinya dulu adalah yang paling maju di wilayah Asia Tenggara, sangat terhormat orang Indonesia saat itu, banyak sekali orang pintar Indonesia yang menjadi dosen atau instruktur di negara tetangga, karena memang saat itu Indonesia adalah negara terpelajar dan terbukti mampu menjadi negara banyak orang pintar,  tapi tahukah kita saat itu orang Indonesia menjadi pintar karena apa?  Karena mereka rajin membaca, menulis dan membagi pengetahuannya kepada orang lain,  kebiasaan membaca saat itu bagaikan kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga perpustakaan merupakan tempat pavorit semua  orang.

Tokoh terkenal Indonesia seperti Bung Karno,  bung Hatta,  Ki Hajar Dewantara, Ajip Rosidi, Gusdur,  Habibie,  adalah sederetan tokoh yang literat,  mereka membaca sepanjang hidupnya,  malah bung Hatta pernah menjadi tahanan politik Belanda, sepanjang menjadi tahanan beliau selalu membaca,  ada satu kalimat yang terkenal dari bung Hatta,"Aku rela di penjara Asalkan bersama buku, Karena dengan buku Aku bebas" demikian kalimat yang sangat menggugah yang diabadikan di taman pandang istana negara dekat monumen nasional dan di seberang Kantor Kemkominfo.  Secara harfiah saja berarti buku akan membebaskan kita dengan membacanya, apalagi bila kita dapat menuliskannya akan lebih baik lagi.

Berkaitan dengan kemampuan literasi Indonesia, data UNESCO tahun 2012 menunjukkan bahwa indeks tingkat membaca orang Indonesia hanyalah 0,001. Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius. Dengan rasio ini, berarti di antara 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250.000 yang punya minat baca. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 88,1 juta pada 2014.

Dalam hal ini, jangan bandingkan Indonesia dengan negara-negara maju, seperti Amerika, Australia, maupun Inggris. Di antara negara-negara ASEAN saja, Indonesia menempati urutan ketiga terbawah bersama Kamboja dan Laos. Bagaimana tidak, penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun.
          
Pemeringkatan terbaru, menurut data World's Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, peringkat literasi kita berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti! Indonesia hanya lebih baik dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. Fakta ini didasarkan pada studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek. Antara lain, mencakup lima kategori, yaitu, perpustakaan, koran, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer.

Fakta tersebut didukung juga oleh survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia, yang terakhir kali dilakukan pada tahun 2012. Dikatakan, hanya 17,66% anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91,67%!

Fakta di atas sungguh tidak mengejutkan dan akan sangat naif bila kita tetap membiarkan bangsa ini terus terpuruk dengan keasyikannya, sehingga kebiasaan membaca akan terus menghilang dan akan lenyap selamanya dari negara kita, mulai dari kitalah yang harus menggiatkan kembali kegiatan membaca dan menulis dimulai, dengan membiasakan diri sendiri untuk membaca buku dan menuliskan apa yang ada dalam pikiran kita dan mengajak orang terdekat kita untuk mulai membaca dan menulis.

Gerakan literasi Indonesia telah didengungkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan dengan Gerakan Literasi Sekolah merupakan program yang resmi secara Nasional di bawah payung hukum Permendikbud No.23 tahun 2015 tentang penanaman budi pekerti, program literasi  ini disebut gerakan karena program ini bukan program jangka pendek tetapi merupakan program jangka panjang yang berkesinambungan dan tidak akan berhenti sebelum literasi membudaya di Indonesia. Selain itu, alasan diberi nama gerakan juga karena program ini membutuhkan orang orang yang terus bergerak dan dinamis untuk terus mau membumikan budaya literasi di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah.

Secara umum Gerakan Literasi Sekolah dilakukan dalam 3 kegiatan yaitu:

1. Gerakan Literasi Sekolah melalui PEMBIASAAN, dengan cara 15 menit pada awal pembelajaran diisi dengan kegiatan pembiasaan berdoa dan membaca buku buku umum. Kemudian PENGEMBANGAN , yaitu literasi pengayaan mata pelajaran tanpa tuntutan akademik. Dan terakhir PEMBELAJARAN, yaitu literasi mata pelajaran dengan tuntutan akademik (misal membaca buku paket pelajaran).

2. READATHON
Yaitu kegiatan  literasi yang diperuntukkan bagi seluruh warga sekolah mulai dari Kepsek sampai pegawai kebersihan sekolah dengan cara membaca serentak selama 42 menit secara senyap. Kegiatan ini bisa dilakukan seminggu sekali dengan waktu sesuai kesepakatan pihak sekolah.

3. SEMARAK LITERASI
Yaitu membaca serentak seluruh warga sekolah dalam waktu yang relatif singkat, waktunya bisa kurang dari waktu program Readathon. Kegiatan ini sebenarnya bukan kegiatan inti darI GLS. Tetapi sangat mendukung tercapainya GLS jika dilakukan secara konsisten.

Khusus di Jawa Barat, untuk merealisasikan  GLS, Gubernur Jabar menantang seluruh pelajar di Jabar untuk menjadi pionir- pionir literasi yang mampu menjawab tantangan bapak Gubernur dengan cara membaca buku minimal 24 buku termasuk 2 buku berbahasa sunda yg mempunyai minimal 100 halaman dalam waktu 10 bulan. Program ini merupakan program unggulan literasi Jabar yang diberi nama WJLRC (West Java Leader's Reading Challenge), program yang telah bergulir mulai bulan September 2016 sampai puncaknya pada Juni 2017 dengan kegiatan Jambore WJLRC.

Semoga kegiatan-kegiatan literasi lain akan terus tumbuh dan berkembang sehingga akan membangkitkan kembali raksasa yang terkubur selama ini, raksasa bernama literasi Indonesia yang akan mengguncang dunia dengan bermunculannya para tokoh dan ahli yang hebat dan pintar serta berbudi pekerti luhur dan mengharumkan nama Indonesia ke seluruh penjuru dunia, namun diperlukan kerja keras, kerja ikhlas, kerja sama serta kerja tuntas dan ketekunan dari kita semua bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang berliterasi dan maju dalam prestasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP